Untaian kisah yang
bisa membuat semangat dan motivasi kita sebagai muslimah bangkit,
Mari bangkit bersama!
Kisah saya kutip dari
buku ‘Membentuk Muslimah Militan’ oleh Najib Khalid Al-‘Amir
Kisah 1: Siapa yang
Lebih Aku Taati?
Suatu hari, seorang gadis kecil
baru saja pulang sekolah. Sesampainya di rumah, sang ibu melihat wajah ananknya
murung, lalu sang ibu segera menanyakan apa yang membuat anaknya sedih. Lalu
gadis kecil itu menjawab, “Wahai ibunda, ibu guru telah mengancam akan
mengusirku dari sekolah, karena pakaian panjang yang aku kenakan ini.”
Sang ibu menjawab dengan penuh
kasih sayang,
“Wahai putriku, bukankah
pakaian yang kau kenakan ini yang dikehendaki Allah, wahai putriku?”
Sang gadis menjawab, “Benar
ibunda, tetapi mengapa ibu guru tidak menghendakinya?”
Ibunya berkata lagi, “Baiklah
anakku, ibu guru tidak menghendakinya, tetapi Allah menginginkannya. Lantas,
siapa yang kamu taati? Apakah kamu menaati Allah yang menciptakanmu,
mecantikkan wajahmu, dan telah memberi nikmat kepadamu? Ataukah, kamu menaati
makhluk yang tidak memiliki sesuatu manfaat ataupun bahaya untuk dirinya
sendiri?”
“Tentu aku akan menaati Allah
SWT,” gadis kecil itu menjawab dengan keluguannya.
Kemudian sang ibu menjawab sambil
memujinya, “Bagus, dan benarlah kamu, wahai putriku.”
Esoknya sang gadis kembali ke
sekolah dengan tetap mengenakan baju panjang (jilbab). Ketika ibu gurunya
melihat sang gadis, ia mencaci maki gadis itu dengan kasar. Sang gadispun tidak
berdaya menghadapi caci maki itu yang juga diiringi oleh pandangan
teman-temannya, maka tak ada yang ia lakukan selain menangis.
Kemudian gadis itu mengucapkan
klimat yang singkat tetapi memiliki makna yang agung, “Demi Allah, saya tidak mengetahu siapa yang
lebih aku taati, ibu atau Dia?”
Sang ibupun bertanya keheranan,
“Siapakah Dia yang kamu maksud?”
“Dia adalah Allah. Apakah aku
akan menaati ibu dengan berpakaian seperti yang ibu kehendaki, senhingga aku
mendurhakai-Nya? Ataukah, aku menaati-Nya dan durhaka kepada ibu? Aku akan
menaati-Nya SWT, dan biarlah apapun yang terjadi,” jelas murid itu.
Betapa indah dan menyentuhnya kata-kata yang
diucapkan seorang gadis cadel, yang menunnjukkan ketaatannya perintah Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.
Tapi, sang ibu guru tidak diam
saja, ia lantas memanggil sang ibu gadis itu lalu berkata,
“Sungguh, putrimu telah
memberikan nasihat kepadaku dengan nasihat terbesar yang pernah kudengar seumur
hidupku.”
Benar sekali sobat, ibu guru itu
menerima nasihat yang diberikan oleh
muridnya yang masih kecil. Padahal tentu saja sang ibu guru telah banyak
mengenyam banyak pendidikan. Tapi ternyata, seorang wanita yang ilmunya lebih
tinggi, tidak mengalanginya untuk menerima nasihat yang diberikan oleh
muridnya. Juga kita ucapakan selamat pada sang gadis kecil dan ibu guru yang
telah mendapatkan tarbiyah islamiyah dan berpegang teguh dengan itu. Tak lupa,
selamat untuk sang ibu gadis kecil yang telah berhasil menanamkan kecintaan
kepada Allah dan Rasul-Nya dalam diri anak gadisnya.
Kisah 2: Dimana Letak
Kebahagiannya?
Jika ditanya, dimana letak
kebahagiaan itu? Apakah pada gelimangan harta? Atau pada tingginya pangkat?
Memang jawab atas pertanyaan ini
relatif. Namun, mari kita lihat indahnya sebuah kebahagiaan pada diri waniita
yang satu ini, kebahagiaan yang sederhana, tapi sulit mempertahankannya jika
kita masih susah untuk mengesampingkan masalah duniawi yang tidak bermanfaat.
Pernah terjadi sebuah
perselisiahan antara istri dengan suaminya
Suaminya berkata, “Sungguh, aku
akan membuatmu menderita,”
Sang istripun menjawab dengan
tenang dan lantang, “Kamu tidak akan mempu melakukannya.”
“Mengapa demikian?”
“Andai kebahagiaan itu pada
harta, tentu kamu bisa menghalangiku darinya, dan andaikan pada perhiasan,
tentu kamu bisa menjauhkannya dariku.
Akan tetapi kebahagiaanku sesuatu yang tidak kamu miliki dan tidak dimilii
orang lain. Saya temukan kebahagiaan itu pada keimananku, keimanan dalam
hatiku. Tidak ada yang bisa menguasi hatiku melainkan Tuhanku.”
Inilah saudariku, inilah
kebahagian yang hakiki, sebuah kebahagian itu di dasarkan oleh keimanan. Tiada
seorangpun yang sapat merasaknnya, melainkan orang yang di dalam hati, jiwa, dan
pikirannya.
Sebenarnya, tentu saja masih banyak lagi kisah-kisah yang
membuat kita termotivasi, membuat kita sadar bahkan terenyuh, asalkan kita mau
sedikit berusaha untuk mencari tahu, tapi kalau di zaman sekarang, tinggal
klik! Kita bisa mendapatkan informasi yang kita tahu. Karena itu, jangan bilang
kalo kagak ade waktu buat baca-baca siroh, dsb. Sedangkan sekedar untuk
ngeliatatau nungguin mention di twitter
aja rela ampe berjam-jam.
0 opini: